Hukum berqurban jika belum melaksanakan Aqiqah

-------------------PERTANYAAN------------------
Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh...
Mohon penjelasannya mengenai hukum qurban jika kita belum melaksanakan aqiqah...
Ada pendapat tidak afdhol, dan bahkan ada yang berpendapat tidak sah...
Qobla wa ba'da, jazakumullah khoiron katsiro...


--------------------JAWABAN-----------------------

walaikum salam wr wb,,,,

Sebelum menjawab pertanyaan ini,, kita harus memahami terlebih dahulu bahwa aqikah itu merupakan tanggung jawab siapa?

Sebagian ulama mengatakan dia (Aqiqah) adalah tanggung jawab ayah (orang tua).
Berdasarkan hadits,:
Samurah bin Jundub, Rasulullah SAW bersabda, ”Setiap anak yang lahir akan tertanggung oleh akikahnya.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, An-Nasa`i dan Ahmad).

dengan kata lain Mereka menganggap bahwa akikah itu adalah tanggungan orangtua, maka tak ada hubungannya dengan si anak. dan otomatis si anak tidak perlu melakukan akikah setelah dia dewasa

Sebagian lagi mengatakan dia adalah tanggung jawab anak.
Dalil yang membolehkan adalah hadits dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW meng-akikah-kan dirinya sendiri setelah menjadi Nabi.
Shahihkah riwayat ini? Para ulama berbeda pendapat tentang keabsahan riwayat Anas ini. Ada yang menganggap dha’if, seperti Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, An-Nawawi dalam Al-Majmu` syarh Al-Muhadzdzab, bahkan beliau mengatakan hadits ini batil. Demikian halnya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhish Al-Habir.
Ada pula yang menganggapnya shahih seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah hadits nomor 2726. Beliau menjelaskan panjang lebar perbedaan para ulama mengenai hadits ini dan beliau berkesimpulan hadits ini shahih.

jadi Kesimpulannya,,, silahkan bagi yang ingin mengakikahkan dirinya bila belum diakikahkan di waktu kecil.,, ^_^

sebagaimana Dalam kitab Tuhfatul Maudud bi Ahkam Al-Maulud (hal. 61 cetakan Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1983), Ibnu Al-Qayyim menukil dari Al-Khallal bahwa Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan,“kalau ada orang yang mengakikahkan dirinya ketika dewasa maka aku tidak membencinya.”
Wallahu a’lam.

sedangkan hubungannya dengan pertanyaan saudara yakni bagaimana hukumnya orang berkurban sedang dia belum aqiqah,,?

jawabannya ialah:
jika orang tersebut mengambil pendapat pertama yakni Aqiqah adalah tanggung jawab orag tua, maka tidak ada lagi penghalangnya untuk berkurban (sah Qurbannya), karena dia tidak lagi terikat dengan akikah sebagaiman pendapat bahwa akikah itu adalah tanggungan orang tua,,

kemudian
jika dia mengambil pendapat kedua yakni Aqiqah adalah tanggung jawab anak, maka dia harus mengakikah dirinya dulu sebelum berkurban, karena dia masih terikat dengan aqikah sebagaimana pendapat bahwa aqiqah adalah tanggungan orang tua.

semoga dipahami,, dan jika masih kurang jelas, silahkan tanyakan kembali,,, ^_^

wallahu A'lam,, ^_^

Selengkapnya...

Jangan Sampai Cintamu salah Kaprah


Assalamu alaikum Wr, Wb
wahai para pembaca yang dirahmati Allah,, bukan maksud hati untuk melawan atau menolak segala perasaan yang ada,,(terus apa donk,,^_^) namun aturan yang telah ditetapkan sehingga tidak salah jika aku mengatakan bahwa ada beberapa karunia dalam hidup manusia bisa dikategorikan ke dalam karunia yang berbentuk cobaan atau ujian. mungkin pula kita bertanya-tanya ??!! apakah karunia yang berupa ujian atau cobaan tersebut,??! sebagai remaja yang mengalami pertumbuhan yang normal dan sudah barang tentu akan melewati masa di mana kadang-kadang logika lebih berperan aktif ataukah insting atau perasaan yang lebih aktif dalam menyikapi karunia tersebut, semakin jauh jari-jariku menulis artikel ini, mungkin semakin jauh pula rasa keingin tahuan saudara-saudara sekalian, khususnuya bagi teman-teman yang sedang dalam masa pertumbuhan atau peralihan ke arah yang lebih dewasa.

sekalipun saya menyadari bahwa dahulu di masa-masa sebelum saya mengenal betapa indahnaya Islam yang telah mengatur pergaulan kita, sayapun sangat pro dengan hal-hal yang akan saya utarakan dalam tulisan ini,, namun saya pikir beberapa kalimat-kalimat dalam tulisan ini telah mengantarkan kita sedikit-demi sedikit tentang apa sebenarnya karunia yang berbentuk cobaan, ujian, dan juga nikmat tersebut,,, mari kita simak baik-baik.

sebelumnya saya mohon maaf karena tulisan ini sebenarnya benar-benar hanya asal nulis doang, olehnya itu saya tidak mencantumkan dalil yang dzohir atau yang nyata, namun saya akan mencoba mengkaji dalil-dalil tersebut sesuai dengan realita yang ada dan Insya Allah tidak keluar dari faedah Islam,, ^_^


perasaan saling mencinta antara lawan jenis adalah sebuah anugerah yang amat luar biasa amat nikamt yang telah dikaruniakan Allah kepada kita, namun dibalik keistimewaan karunia atau nikmat tersebut, terdapat makna yang amat dalam jika kita mendalaminya lebih dalam lagi (alah,,, ni pemborosan kata namanya heheheh,, ^_^).

menurut hemat saya sebagai seorang pemikir amatir (ce ilee,,,^_^) bahwa cinta itu dapat saya bagi menjadi dua kategori, yang semuanya itu adalah fitrah manusia dan Allah memang sengaja menganugerahkannya kepada manusia dan mahluk-mahluk yang Dia (Allah) kehendaki, sebagai salah satu sarana untuk manusia dalam berinteraksi sesamanya maupun dengan alam sekitarnya, dan tentunya kita harus bersyukur dengan semua itu !! betul atau benar,,?? hehehehe,, (btw kapan pembahasannya nih,, ^_^)

ok kita masuk pembahasan !!(gila,,, jadi yang semua di atas itu baru pembukaan ya,,??)
cinta saya akan bagikan ke dlam dua golongan yakni :

A. Cinta Karena Allah
Cinta ini tumbuh dengan sendirinya tanpa ada rangsangan yang berarti dari obyek cinta tersebut,,, dengan kata lain cinta ini tumbuh dan bersemi bukan atas dasar nafsu syahwat,, ^_^
contoh-contoh cinta tersebut adalah : Cinta kepada Allah, Cinta Kepada Rasulullah Muhammad salallahu alaihi wasallam, cinta kepada kedua orang tua, cinta kepada saudara, dan semua cinta-cinta yang tidak melibatkan nafsu syahwat, (kalo kurang jelas silahkan tanyakan,,, ^_^) (mudah-han semuanya jelas agar tidak ada yang bertanya,, hehehehe ^_^)

B. Cinta Karena Syahwat
Cinta ini tumbuh karena adanya rangsangan yang sangat berarti dan menggairahkan untuk menimbulkan Cinta ini dari obyek cinta tersebut,, dan cinta inipun saya bagi lagi menjadi dua bagian
1. Cinta Syahwat yang telah halal, dan pastinya telah melewati jenjang pernikahan yang menghalalkannya,, ^_^

2. Cinta syahwat yang haram, dan dilakoni oleh pasangan2 yang mungkin kurang kasih sayang di rumahnya (heheheh,,,,jangan tersinggung yah,, ^_^) sehingga mereka mencari cinta dengan jalan yang haram, (kenapa gak nikah ajah,, daripada zina kayak gini,,^_^) dan tidak jarang ada di anatara para pelakunya mengaku saling mencinta karena Allah, karena mungkin mereka merasa saling memotivasi, padahal motivasi atau bentuk lain yang mereka saling memberi itu bukan karena Allah,, melainkan karena syahwat mereka,,(naudzu billahi mindzalik)

Nah cinta yang bagian B. 2. (maksudnya bagian B, pembahasan 2) inilah yang saya kategorikan sebagai karunia yang berupa ujian atau cobaan,,, ^_^

dengan kata lain atau bahasa Kailinya(bahasa daerah asli Palu) Notengea (Red.Pacaran)
wahai saudaraku yang seiman dan senasib serta seperjuangan dan mungkin sependapat, (waduh,,,, banyak amat,, ^_^)

Maha Suci Allah yang telah membuka jalan bagi kita untuk menjadikan karunia berupa cobaan tersebut menjadi karunia yang lebih nikmat lagi daripada pacaran, yakni taaruf,, (eitsss,,,, tunggu dulu) apa arti taaruf yang sebenarnya...??

menurut hemat penulis (gue githu loh,, ^_^)
--taaruf yang sebenarnya adalah jika kita benar-benar sudah siap lahir bathin untuk menikah, dan menjalani taaruf dengan niat bersungguh-sungguh untuk menikah, dan menjalaninya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (kayak proklamasi aja nih,, ^_^) atau secepatnya.

so,,, apakah taaruf yang anda sebut-sebut itu seperti yang di atas,,?? jika tidak, maka taaruf anda adalah jelmaan dari pacaran,, (Kayak silumana ajah,, ^_^heheheh)

namanya juga asal nulis,,, biar asal yang penting bermanfaat,, ^_^

Selengkapnya...

Mohon Pertolongan Allah

عن أبي العباس عبدالله بن عباس رضي الله عنهما قال كنت خلف النبي صلى الله عليه وسلم يوما فقال لي يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك إن اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف.
(رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح في رواية غير الترمذي احفظ الله تجده أمامك تعرف إلى الله في الرخاء يعرفك في الشدة واعلم أن ما أخطأك لم يكن ليصيبك وما أصابك لم يكن ليخطئك واعلم أن النصر مع الصبر وأن الفرج مع الكرب وأن مع العسر يسرا


Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata : Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda : "Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering."
(HR. Tirmidzi, ia telah berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi :
“Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya kemenangan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan kesulitan”) .



Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu”, maksudnya hendaklah kamu menjadi orang yang taat kepada Tuhanmu, melaksanakan semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu”, maksudnya hendaklah beramal karena-Nya dengan penuh ketaatan sehingga Allah tidak memandangmu sebagai orang yang menyalahi perintah-Nya, niscaya kamu akan mendapati Allah menjadi penolongmu di saat situasi sulit, seperti yang pernah terjadi pada kisah tiga orang yang tertimpa hujan lebat lalu mereka berlindung di dalam gua, kemudian pintu gua tertutup batu. Pada saat itu mereka berkata kepada sesamanya : “Ingatlah kebaikan yang pernah kamu lakukan, lalu mohonlah kepada Allah dengan kebaikan itu supaya kamu diselamatkan”. Kemudian masing-masing menyebut kebaikan yang pernah dilakukan, maka batu penutup gua itu kemudian terbuka lalu mereka dapat keluar. Kisah mereka ini popular dan terdapat pada Hadits shahih.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah”, memberikan petunjuk supaya bertawakkal kepada Allah, tidak bertuhan kepada selain-Nya, tidak menggantungkan nasibnya kepada siapa pun baik sedikit ataupun banyak.

Allah berfirman :

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaq : 3)

Berapa besar ketergantungan seseorang kepada selain Allah baik dalam hatinya maupun dalam angan-angannya, maka sebesar itu pula ia telah menjauhkan diri dari Allah untuk bergantung kepada sesuatu yang tidak kuasa memberinya manfaat atau kerugian. Begitu juga takut kepada selain Allah.

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menegaskan dengan sabdanya : “Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu”.
Begitu pula dalam hal kerugian, “niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu”. Inilah yang disebut iman kepada taqdir.
Iman kepada taqdir adalah wajib, baik taqdir yang baik maupun yang buruk. Apabila seorang mukmin telah yakin dengan hal ini, maka apa perlunya dia meminta kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepada yang lain. Begitu pula jawaban Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada malaikat Jibril ketika ia bertanya kepada beliau saat berada di langit (ketika mi’raj) : “Apakah engkau membutuhkan pertolongan?” Beliau menjawab : “Kalau kepadamu tidak”.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”, menguatkan keterangan tersebut diatas, Maksudnya adalah segala sesuatu telah ditakdirkan dan dibukukan pencatatannya oleh Allah ta’ala.

Kemudian sabda beliau : “Ketahuilah sesungguhnya kemenangan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan kesulitan”, maksudnya beliau mengingatkan kepada manusia di dunia ini, terutama orang-orang shalih bahwa mereka itu selalu dihadapkan kepada ujian dan cobaan sebagaimana firman Allah :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Sungguh Kami pasti memberi cobaan kepada kamu sekalian dengan sesuatu berupa rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Dan gembirakanlah orang-orang yang bersabar, yaitu mereka yang bila ditimpa musibah, mereka berkata : ‘Sungguh kami semua adalah milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nyalah kami kembali’. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan limpahan karunia dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang terpimpin”. (QS. 2 : 155-157)

Allah berfirman :

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”. (QS. Az Zumar : 10)

sumber : sebagian di kutip dari kitab SYARHUL ARBA’IINA HADIITSAN AN-NAWAWIYAH

Selengkapnya...

4 Perkara Dalam Hidup

عن أبي العباس عبدالله بن عباس رضي الله عنهما قال كنت خلف النبي صلى الله عليه وسلم يوما فقال: يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك إن اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف

رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح، في رواية غير الترمذي احفظ الله تجده أمامك تعرف إلى الله في الرخاء يعرفك في الشدة واعلم أن ما أخطأك لم يكن ليصيبك وما أصابك لم يكن ليخطئك واعلم أن النصر مع الصبر وأن الفرج مع الكرب وأن مع العسر يسرا(

Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata: Suatu saat saya berada dibelakang nabi shallallahu`alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu empat perkara: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika suatu umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan
manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering)


Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih).
Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan: Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di depanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang tidak ditakdirkan atasmu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu itulah yang ditakdirkan atasmu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu”, maksudnya hendaklah kamu menjadi orang yang taat kepada Tuhanmu, melaksanakan semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu”, maksudnya hendaklah beramal karena-Nya dengan penuh ketaatan sehingga Allah tidak memandangmu sebagai orang yang menyalahi perintah-Nya, niscaya kamu akan mendapati Allah menjadi penolongmu di saat situasi sulit, seperti yang pernah terjadi pada kisah tiga orang yang tertimpa hujan lebat lalu mereka berlindung di dalam gua, kemudian pintu gua tertutup batu. Pada saat itu mereka berkata kepada sesamanya : “Ingatlah kebaikan yang pernah kamu lakukan, lalu mohonlah kepada Allah dengan kebaikan itu supaya kamu diselamatkan”. Kemudian masing-masing menyebut kebaikan yang pernah dilakukan, maka batu penutup gua itu kemudian terbuka lalu mereka dapat keluar. Kisah mereka ini popular dan terdapat pada Hadits shahih.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah”, memberikan petunjuk supaya bertawakkal kepada Allah, tidak bertuhan kepada selain-Nya, tidak menggantungkan nasibnya kepada siapa pun baik sedikit ataupun banyak.

Allah berfirman :

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaq : 3)

Berapa besar ketergantungan seseorang kepada selain Allah baik dalam hatinya maupun dalam angan-angannya, maka sebesar itu pula ia telah menjauhkan diri dari Allah untuk bergantung kepada sesuatu yang tidak kuasa memberinya manfaat atau kerugian. Begitu juga takut kepada selain Allah.

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menegaskan dengan sabdanya : “Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu”.

Begitu pula dalam hal kerugian, “niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu”. Inilah yang disebut iman kepada taqdir.
Iman kepada taqdir adalah wajib, baik taqdir yang baik maupun yang buruk. Apabila seorang mukmin telah yakin dengan hal ini, maka apa perlunya dia meminta kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepada yang lain. Begitu pula jawaban Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada malaikat Jibril ketika ia bertanya kepada beliau saat berada di langit (ketika mi’raj) : “Apakah engkau membutuhkan pertolongan?” Beliau menjawab : “Kalau kepadamu tidak”.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”, Maksudnya adalah segala sesuatu telah ditakdirkan dan dibukukan pencatatannya oleh Allah ta’ala.

Kemudian sabda beliau : Ketahuilah sesungguhnya kemenangan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan kesulitan”, maksudnya beliau mengingatkan kepada manusia di dunia ini, terutama orang-orang shalih bahwa mereka itu selalu dihadapkan kepada ujian dan cobaan sebagaimana firman Allah :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Sungguh Kami pasti memberi cobaan kepada kamu sekalian dengan sesuatu berupa rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Dan gembirakanlah orang-orang yang bersabar, yaitu mereka yang bila ditimpa musibah, mereka berkata : ‘Sungguh kami semua adalah milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nyalah kami kembali’. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan limpahan karunia dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang terpimpin”. (QS. 2 : 155-157)

Allah SWT berfirman :

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”. (QS. Az Zumar : 10)


Selengkapnya...